Nama : Poetry Firstariana
Kelas : 3DD01
NPM : 3521346
METODE OPERASI RITEL
1. RITEL DALAM BENTUK TOKO
Fungsi
Retail
Ritel merupakan tahap akhir proses
distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen akhir. Dimana
bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen
akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail sebagai sebaga
temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari
manufacture di pasar konsumsi.
KARAKTERISTIK
DAN TIPOLOGI
1.
Karakteristik
•
Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk dikonsumsi
sendiri dalam periode tertentu)
•
Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan
jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen)
•
Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko)
2.
Tipe Bisnis Retail Klasifikasi retail berdasarkan :
Kepemilikan
( Owner ):
· Single-Store
Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah
100 m²)
· Rantai
Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi
perseroan)
· Toko
Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara
terwaralaba dengan pewaralaba)
Merchandise
Category:
· Specialty
Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/
sempit)
· Grocery
Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari))
· Departement
Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek,
dengan 80% pola konyinyasi)
· Hyperstore(menjual barang dalam
rentang kategori barang yang sangat luas)
Luas Sales Area :
· Small Store/kiosk (kios kecil yang
umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil
dengan sales kurang dari 100 m²)
· Minimarket (dioperasikan dengan
luasan sales area antara 100-1000 m²)
· Supermarket (dioperasikan dengan
luasan sales area antara 1000-5000 m²)
· Hypermarket (dioperasikan dengan
luasan sales area antara lebih dari 5000 m²)
Non-Store
Retailer :
· Multi-Level-Marketing (MLM) : Model
penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat
berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
· Mail & Phone Order Retailer (
Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan
melalui surat atau telepon
· Internet/ Online Store (e-Commerce)
: Toko Retail di dunia maya yang mengadopsikan internet ke dalam bentuk online retailing
2. RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO
Untuk
menemukan pola-pola bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya
“Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan
E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang
memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan
internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah
institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu
saja harus Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara
fisik.
Permasalahan
inti dalam perdagangan retail mempunyai 4 elemen
1.
Mendapatkan product yang tepat,
2.
harga yang tepat,
3.
waktu yang tepat
4.
Tempat yang tepat
Ada
4 pengacau dalam retail bisnis menurut Joseph L.Bower dan Clayton M Pengacau
pertama datang dalam bentuk Departmen Stores.
1.
Kelebihan
Department stores dibanding retail biasa adalah kecepatan perputaran barang dan
mampu menampilkan jumlah product yang sangat banyak dalam 1 store mereka.
Department Store rata memperoleh keuntungan 40 % setiap kali perputaran
barangnya ( rata-rata 3 kali setahun),jadi mereka bisa memperoleh keuntngan 120
%/thn.
2.
Pengacau
kedua adalah Toko pemberi diskon Hampir sama dengan Toko pemberi Diskon mereka
bisa memberikan diskon s/d 23%/thn dan bisa sampai 5 kali perputaran /
tahunnya. Bisnis retail melalui internet belum bisa diukur secara signifikan,
tetapi Amazon.com mampu mendapat marjin 5%/tahun dengan perputaran barang
sebanyak 25 kali / tahun, hampir sebanding dengan marjin dari bisnis retail
secara fisik dengan Department stores dan Toko pemberi diskon. Toko pemberi
diskon pada akhirnya akan melawan sesama toko pemberi diskon yang lain, karena
toko retail biasa sudah bukan menjadi lawan mereka.
3.
Pengacau
ketiga datang dalam bentuk Bisnis ritel dalam bentuk Katalog Sasarannya adalah
konsumen yang berada di kedalaman pemukiman, ini juga yang disebut oleh
“Richard sears” sebagai rumah perbekalan paling murah didunia , dan
mengkompensasikan kekurangan pelayanan pribadi dengan jaminan uang kembali.
Katalog adalah dasar dari toserba online yang ada saat ini.
4.
Pengacau
Keempat dan terbesar yang sedang berlangsung saat ini adalah Online retail
seperti yang dilakukan pelaku bisnis online karena sama mendasarnya dengan tiga
kekacauan sebelumnya. Dari 3 pengacau sebelumnya Peretail Internet mampu
mengemban 4 tugas besar semua pelaku retail sebelumnya, yaitu : Product,
tempat, harga dan waktu. Poduct ? semua product bagus dan baik dapat
ditampilkan disitu Tempat ? Web adalah toko yang sangat baik dan tidak ada
satupun toko konvensional dapat menandinginya. Harga ? Online retail adalah
surga bagi Konsumen karena penawaran yang sangat fleksibel tiada banding,
dengan hanya marjin 5% saja Amazon.com dapat memutar barangnya sebanyak 25 Kali
/tahun. Waktu ? Dengan Toko retail online berupa web, toko bisa buka 24 jam
penuh 7 hari setiap waktu tanpa perlu ada yang menjaga, sehingga transaksi
dapat dilakukan anytime , anywhere. Seiring waktu bisnis retail online mulai
merubah strateginya dari generalis( konsep department store ) ke Spesialis,
yaitu dengan hanya menawarkan product2 tertentu, misalnya : sebuah web hanya
menjual Buku ( online book stores ) dll. Akhir dari Resume ini adalah bahwa
bisnis retail konvensional dengan retail internet tetap harus berhubungan,
karena dalam kenyataannya bahwa seseorang yang membutuhkan sesuatu barang
dengan cepat pasti akan menuju mobilnya tanpa menuju komputernya.
3. RITEL WARALABA
Menurut John Naisbit dalam bukunya
yang berjudul Megatrends, mengatakan bahwa waralaba adalah konsep marketing
yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. Menurutnya, di USA, setiap 8
menit, lahir satu oulet waralaba. Konsep waralaba ini kemudian merambah sampai
ke Indonesia, dimana 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan pebisnis yang
menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat (calon investor).
Konsep baru ini menjadi topik hangat
dikalangan dunia usaha dan media bisnis. Akibatnya, semakin banyak orang yang
tertarik untuk menamkan uangnya dengan membeli waralaba atau sekedar lisensi
bisnis atau paling tidak mengetahui lebih detail bagaimana sistem waralaba itu
sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari ‘laris manisnya‘ buku-buku yang
mengupas masalah waralaba atau franchise dan tingginya minat pengunjung di
acara pameran franchise.
Namun yang perlu diketahui, bahwa
ternyata tingkat kesuksesan waralaba di indonesia hanya mencapai 60% saja,
sedangkan di negei asalnya, Amerika mencapai 90%. Selain itu, menurut Amir
Karamoy, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia yang juga pemilik Konsultan AK
& Partners, menyatakan bahwa terjadi perbedaan tingkat kegagalan yang
sangat mencolok antara waralaba lokal dibanding waralaba asing. Tingkat
kegagalan waralaba lokal berkisar antara 50-60%, sedangkan tingkat kegagalan
waralaba asing di Indonesia hanya berkisar 2% – 3 % saja.
Peraturan Pemerintah Tentang
Waralaba
Beberapa faktor penyebab kegagalan
waralaba yang paling utama adalah kegagalan meraih target penjualan yang
memadai, hal ini biasanya karena tempat usaha yang kurang strategis.
Faktor-faktor lainnya antara lain
adalah kurangnya support dari penjual franchise kepada franchisee misalnya
dalam dukungan promosi, manajemen dan lain-lain sehingga terkesan franchisee
berjalan sendirian, dan ada juga yang mengatakan karena naiknya harga bahan
baku dan inflasi yang berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat secara umum.
Selain itu, faktor yang tak kalah
pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba yang berfikir bahwa
membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan “terlalu
mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem yang
bekerja. Padahal seharusnya franchisee itu juga ikut kerja keras memajukan
garainya, dan mengawasi sistem apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak. Apalagi
jika bisnis yang dimasuki adalah bisis makanan yang itemnya banyak dan sangat
perlu diatur manajemen logistiknya, mengingat makanan hanya tahan beberapa hari
sebelum rusak. Jadi jangan sampai terbuang percuma.
Saat ini, yang paling ramai bisnis
yang di-franchise-kan adalah dibidang bisnis makanan, maklumlah, karena makanan
adalah merupakan kebutuhan paling pokok manusia, dan semua manusia perlu makan.
Oleh karena itulah bermunculan franchise yang bergerak dibidang makanan ini,
seperti yang berasal dari luar negeri antara lain : McDonnald, KFC, Dunkin
Donuts, dan lain-lain. Sedangkan yang dari lokal antara lain : RedCrispy,
Andrew Crepes, Bakmi Raos dan lain-lainnya. Selain franchise yang produknya
berupa makanan, juga ada franchise yang produknya berupa non makanan dan jasa,
misalnya dibidang pendidikan, pengantaran barang, salon, busana dan lain-lain.
Ritel dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a.
Supermarket tradisional
supermarket tradisional melayani penjual makanan, daging, serta produk-produk
makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap produk-produk
nonmakanan
b.
Big-box retailer
Pada
format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu
supercenter, hypermarket, dan warehouse club.
v Supercenter adalah
supermarket yang mempunyai luas lantai 3.000 hingga sebanyak 30-40% dan
produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%
v Hypermarket merupakan
supermarket yang memiliki luas antara lebih dari 18.000
meter persegi dengan kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum
30-40%. Memiliki persediaan lebih dari 25.000 item yang meliputi produk
makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furnitur, perlengkapan rumah
tangga, komputer, elektronik, dan sebagainya.
v Warehouse ukurannya antara
lebih dari 13.000 meter persegi dan lokasinya biasanya diluar kota, produk yang
dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya
c. Convenience Store
Luas
lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi, convenience
store ditunjukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa
harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk-produk yang
diinginkannya
d. General Merchandise retail
Jenis
ritel ini meliputi toko diskon, toko khusus, toko kategori, department store,
off-price retailing, dan value retailing.