TUGAS JURNAL 1
Tema : Produk Perusahaan Asuransi
Judul : Analisis Produk Capital Holding Coorporation (CHC)
LATAR BELAKANG
Capital Holding Corporation (CHC) adalah
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan. Di tahun
1991 perusahaan tersebut menghasilkan revenue $2.7 milyar dan
memiliki aset sekitar $19 milyar. CHC memiliki empat unit bisnis:
Agency Group, Direct Response Group (DRG), Accumulation and
Investment Group (AIG) dan Banking Group.
Dalam studi kasus ini
yang menjadi fokus adalah DRG, dimana unit bisnis tersebut bergerak
di bidang pelayanan asuransi. DRG menawarkan berbagai macam produk
asuransi diantaranya: asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi properti bagi perorangan melalui surat, telepon
dan metode respon langsung lainnya. Struktur organisasi adalah
seperti Gambar 1.
DRG
berkantor pusat di Valley Porge, PA. DRG terbagi dalam dua organisasi
dan afiliasinya, yaitu: National Liberty
Corporation yang menanggung dan menjual
asuransi jiwa dan kesehatan; dan Worldwide
Underwriters Insurance Company sebagai
penjamin (underwriter)
dan agen penjualan asuransi properti dan kecelakaan.
DRG bersaing dengan perusahaan asuransi dan
pemberi jasa keuangan lainnya, diantaranya yang besar adalah
Prudential, Physicians Mutual, JC Penney Life dan Allstate.
Sesuai
dengan strategi bisnis pada tahun 80-an, DRG terfokus pada mass
market. Pada akhir 1991 DRG mempekerjakan
lebih dari 2000 pegawai, 70%-nya bekerja di Customer
Management Division (CMD), yang terbagi dalam
operasional, pemasaran , dan Customer
Management Teams (CMTs).
PERMASALAHAN
Pada tahun
1987-1988, manajemen DRG menemukan peringatan dengan pengaruh pada
ukuran keuangan mereka. Keuntungan menurun sebagai akibat dari resiko
pertanggungjawaban klaim, dan biaya yang tinggi untuk mendapatkan
pelanggan baru. Perubahan situasi pasar dan berbagai persoalan akibat
regulasi pada akhir tahun 80-an, akhirnya menekankan kebutuhan untuk
adanya suatu perubahan. Norm Phelps, Pimpinan dari DRG dan Pam
Godwin wakil presiden senior CMD menjelaskan mengapa inisiatif
reengineering
diperlukan. Phelps menggarisbawahi bahwa pada tahun 1988 bila melihat
dari dekat kinerja pasar mereka, produk tunjangan hari tua dan produk
asuransi DRG (jiwa, kesehatan, properti dan kecelakaan), disimpulkan
bahwa pertumbuhan bisnis asuransi DRG lambat. Mereka terilusi oleh
pertumbuhan yang tinggi akibat dari penggabungan produk tunjangan
hari tua dengan hasil asuransi mereka. Akibatnya apa yang terjadi
dengan bisnis inti mereka (asuransi) tidak mudah terlihat. Disadari
juga bahwa masa kejayaan mass marketing
telah berlalu. Mereka mengenali bahwa untuk meningkatkan nilai mereka
di mata konsumen, mereka harus memperkuat hubungan dengan pelanggan
lama dan mentargetkan pada pelanggan yang mempunyai profil yang cocok
dengan strategi mereka. Untuk itu telah dibuat visi baru (Caring,
listening, satisfying…one by one) untuk
DRG. Mereka mengawalinya dengan sebuah program visi komunikasi yang
luas dan sebuah perencanaan yang strategis yang akan menjadikan visi
mereka terlaksana. Tetapi pada tahun 1990 disadari bahwa mereka belum
benar-benar menyentuh pondasi bisnis model dan proses yang membuat
semua bekerja dengan baik. Untuk itu mereka membuat sebuah step
by step strategy untuk mengubah strategi yang
disebut reengineering.
Mereka mengubah strategi, kultur, proses dan produk dengan tetap
berada di dalam bisnis intinya dan mengubah strategi perusahaan dari
product oriented menjadi
customer oriented.
Reenginering DRG
dimulai pada musim gugur 1990.
MODEL BISNIS DRG
Strategi
bisnis DRG pada awalnya, sekitar tahun 1980, adalah pemasaran
asuransi secara masal. Dengan demikian produknya harus amat efisien
untuk kemudahan pemasaran pada semua lapisan masyarakat. Satu produk
harus sesuai untuk berbagai pendekatan penjualan asuransi. Ini adalah
sesuatu yang sulit apalagi diluar banyak sekali produk yang
ditawarkan dengan target konsumen tertentu oleh kompetitor. Kelemahan
lainnya adalah DRG masih dikelola berdasar lini-lini fungsinya.
Dengan demikian banyak sekali para karyawan yang hanya ahli dalam
bidangnya saja, dan sedikit yang mengerti keterkaitan bagiannya
dengan bagian lainnya. Ini mengakibatkan interaksi dan komunikasi
dengan konsumen menjadi agak terhambat. Disamping sifat
deparmentalization,
juga adanya sejumlah area fungsional yang merupakan tugas yang
bersifat individual. Digambarkan bahwa untuk suatu proses tertentu
diperlukan waktu dalam hitungan mingguan. Ini mengakibatkan daya
saing melemah, terutama jika para kompetitor sejenis mampu
menyelesaikan dalam waktu yang lebih cepat. Untuk meningkatkan
keunggulan bersaing dan mempertahankan posisi pasar saat ini DRG
berusaha mengantisipasinya dengan melakukan reengineering
total, dengan mengubah strategi, kultur, proses dan produknya.
Kondisi persaingan yang dihadapi DRG dapat dilihat pada competitive
force model di Gambar 2.
Pendekatan
strategi baru diantaranya dengan pembentukan tim manajemen pelanggan
(CMT). Tim ini memfokuskan pada kebutuhan pelanggan
(customer-oriented).
Dengan visi “caring, listening,
satisfying...one by one” mereka berusaha
lebih mendekatkan diri kepada pelanggan. Dengan demikian perusahaan
tahu apa yang pelanggan inginkan (“I know
for sure”).
Sementara
itu kultur kerja karyawan juga diarahkan agar bergeser dari
kontribusi yang bersifat individual ke arah kerja sama tim. Untuk itu
DRG meluncurkan program ‘total reward’
yang mempunyai sasaran utama pemberdayaan pegawai dalam rangka
mencapai visi perusahaan, dan penghargaan (misal dengan imbalan yang
lebih tinggi dibanding rata-rata perusahaan sejenis) terhadap pegawai
yang membuat tujuan perusahaan tercapai.
Pengelolaan
perubahan (proses) terhadap kontinuitas perubahan dan perbaikan
dilakukan dengan pendekatan modular dan pembentukan prototip untuk
proses reengineering yang
diturunkan dari elemen pokok dari model bisnis baru. Diharapkan hal
tersebut akan mempercepat proses pemahaman terhadap reengineering
dan murah. Jika ternyata perubahan tersebut sejalan maka hal tersebut
diharapkan langsung terintegrasi dengan bagian-bagian organisasi
lainnya yang menerapkan reengineering
juga.
PROSES BISNIS SEBELUM BPR
Pada proses
bisnis yang lama, DRG dirancang untuk melayani mass
market, dimana pertimbangan berdasarkan pada
efisien pasar secara keseluruhan, dengan menetapkan satu standar
pendekatan pemasaran dalam penjualan asuransi (Gambar 3a). Produk dan
promosi didasarkan pada volume pasar yang besar, dengan
mempertimbangkan faktor demografi. Akibatnya, struktur organisasi
yang terbentuk adalah lini fungsional, dimana kebanyakan dari tenaga
kerja hanya ahli di bidangnya saja.
Sebagai
contoh dalam pelayanan, pelanggan biasanya meminta lebih dari satu
layanan asuransi kepada CSR, dimana CSR kemudian akan meneruskan
untuk ditindaklanjuti ke sistem online,
yang tergantung pada jenis asuransi yang diminta, baru diteruskan ke
berbagai departemen terkait untuk diproses lebih lanjut. Hal ini
menyebabkan pelanggan minimal akan menerima tanggapan dalam waktu 2
minggu, suatu jangka waktu yang dapat dianggap cukup lama.
Selain
masalah waktu, Interaksi dengan pelanggan mengalami kesulitan karena
pelayanan secara departemental. Bisnis ditangani secara bertahap baru
ada tanggapan ke pelanggan, dimana hal ini menyebabkan kurangnya
tanggung jawab terhadap pelanggan, sehingga perlu berinteraksi lebih
lanjut dengan pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
PROSES BISNIS SESUDAH BPR
Pada proses
bisnis yang baru dibentuk Customer Management
Team (CMT) yang melayani pelanggan dan
mendapatkan informasi tambahan tentang pelanggan dan Market
Management Team (MMT) yang berfokus pada
informasi individu untuk memahami pasar dan mengarahkan anggotanya
sesuai dengan keinginan dari pelanggan (Gambar 3b). Perubahan yang
dilakukan terhadap pelayanan, dimana representatif DRG akan mencari
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan mencari kebutuhan yang lain dari
pelanggan . Dengan mendapatkan informasi tentang kebutuhan ini, CSR
membuat proposal kepada pelanggan.
Dengan
sistem yang baru, maka konfirmasi perubahan kebijakan tidak lebih
dari seminggu, dimana kontrol interaksi dengan pelanggan ada di
tangan CMT.
Tujuan pada
fokus pelanggan, pengembangan produk berdasarkan yang dibutuhkan dan
diinginkan, dengan tanggapan yang sesuai. Dengan sistem yang baru,
departemen pemasaran diorganisasikan untuk konsentrasi pada segmen
kunci.
Melalui
desain ulang terhadap bisnis proses memberikan manfaat-manfaat yang
dapat dikuantifikasikan, antara lain :
- Pemrosesan Klaim
- Mengurangi biaya klaim dengan mengurangi hal-hal yang tidak penting.
- Difokuskan pada kegiatan yang penting.
b. Pemrosesan Aplikasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan waktu yang lebih singkat dan data capture.
- Korespondesi
- Meningkatkan pelayanan dan mengurangi biaya.
- ISD/ISS Renewal
- Menunjang tujuan bisnis perusahaan.
- Pengembangan Produk
- Menyatukan pengembangan produk dalam satu proses.
- Memperlancar proses aplikasi dan pengembangan produk.
- Penilaian Operasi Pemasaran
- Memperlancar sistem informasi untuk meningkatkan koordinasi dan biaya menurun.
- Pemasaran Agregat
- Melaksanakan
program dan strategi untuk mewujudkan potensial yang maksimum, yang
akhirnya ke penjualan.
PERANAN TI DALAM BPR
Para
eksekutif DRG yakin bahwa keberadaan dan akses terhadap informasi
akan menjadi faktor pemungkin (enabler)
yang kritis terhadap model bisnis baru. Karenanya TI dilihat sebagai
kunci fasilitator untuk menjadi penyedia layanan asuransi dan
produk/jasa keuangan lain yang efektif dalam biaya dan dengan
pelayanan yang memuaskan.
Untuk itu
departemen TI/SI menyusun sasaran dan strategi sebagai berikut :
- Sasaran :
- Membuat arsitektur teknologi terpadu dan system blueprint untuk masa mendatang
- Menyediakan seluruh sistem pendukung dan teknologi yang diperlukan untuk melayani pengembangan model bisnis CMT/MMT
- Membentuk hubungan bisnis antara sistem informasi dan memastikan seluruh investasi terkait langsung untuk pencapaian sasaran bisnis
- Mengurangi waktu yang dibutuhkan secara drastis untuk mempengaruhi perubahan sistem melalui penggunaan alat pengembangan mutakhir
- Menyeimbangkan penggunaan sistem informasi untuk mencapai tingkat perbaikan yang memadai dalam proses bisnis melalui reengineering
- Sistem informasi akan bekerja secara efektif dalam tim, seraya memberikan kesempatan bagi individu untuk tumbuh dan berkembang
- Strategi :
- Mengembangkan rencana strategis tiga tahunan dengan memasukkan model bisnis operasional dan kebutuhan sistem informasi lainnya
- Sistem informasi akan mengembangkan hubungan dengan proses CMT/MMT untuk memahami kebutuhan model bisnis yang baru
- Selalu menyediakan dukungan diluar proyek reengineering yang memerlukan dukungan sistem informasi.
Sebagai
pelaksanaan dan perwujudan dari sasaran dan strategi Departemen TI/SI
melakukan hal-hal seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Untuk
Customer Management
Team (CMT), TI
mendukungnya dengan sistem online
berarsitektur client/server.
Sistem tersebut berbasis windowing
sehingga anggota CMT dapat menggunakan/membuka beberapa windows
dalam satu layar
sehingga anggota tersebut dapat mengakses beberapa sistem informasi
secara simultan. Sebagai contoh, pelanggan meminta perubahan alamat
dari polis asuransi jiwa, lalu anggota CMT membuka satu window
untuk mengakses sistem Life 70 (sistem asuransi jiwa) untuk memeriksa
nama dan alamat yang tertera pada polis yang lama, lalu membuka
window kedua
untuk mengubah alamat lama menjadi alamat baru, sedangkan window
ketiga adalah untuk
aplikasi polis kepemilikan rumah yang sedang ditawarkan kepada
customer
tersebut. Sistem yang lama bukanlah berbasis windowing
sehingga tidak dapat mengerjakan beberapa tugas secara simultan dalam
satu layar, dan sistem tersebut juga unfriendly.
Tetapi ada kelemahan dari sistem windowing
ini yaitu apabila suatu pengguna telah membuka window
terlalu banyak sehingga tidak tahu lagi aplikasi yang menjadi
prioritas untuk dikerjakan terlebih dahulu.
CMT
juga diharapkan dapat menjadi suatu team yang entrepreneur,
self-managed
sehingga dapat
menentukan dan mengatur individual
goals, team
revenue dan
profitability goals
serta insentif tim.
Hal tersebut juga mengundang inovasi untuk membangun sistem TI yang
dapat mendukung kegiatan tersebut.
Untuk
Market Management
Team (MMT),
dukungan TI adalah dalam hal database atau information
retrieval, baik
informasi yang didapat dari sumber internal maupun sumber eksternal;
dalam hal ini Equifax Microvision, MRI, SRI dan Donnelly Marketing.
Informasi yang didapat ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menganalisa atau memprediksi trend pasar di masa datang.
Untuk
mendesain ulang bisnis proses, TI memberi dukungan dalam hal prototip
aplikasi pemrosesan asuransi jiwa/kesehatan dan prototip manajemen
klaim, dimana aplikasi pemrosesan asuransi jiwa mencakup interfacing
ke pelanggan, ke sumber external (dokter atau catatan kesehatan) dan
pembuat keputusan yang bertujuan untuk dapat menganalisa resiko
terhadap permohonan polis secara lebih baik. Untuk aplikasi sistem
manajemen klaim menggunakan ‘sistem pakar’, sehingga dapat
digunakan oleh orang yang tidak ahli dibidang klaim (anggota CMT).
Sistem ini juga dapat mendeteksi spekulan yang biasanya memberikan
klaim palsu. Apabila kasus dari klaim tersebut sulit, dan
informasinya tidak ada/kurang di database sistem, maka klaim tersebut
di eskalasi ke level penyelidik (examiner).
Sistem ini merupakan personal computer berbasis client/server dengan
modul tambahan berupa automated
adjudication module’ untuk
membuat keputusan terhadap klaim-klaim sederhana dan mengeskalasinya
ke level penyelidik apabila kasus dari klaim tersebut sulit.
Sistem
pendukung yang juga dikembangkan oleh ISD adalah Customer
Information Channel (CIC).
Sasarannya adalah untuk memberikan pengguna suatu perangkat kerja
(workstation)
yang mudah digunakan dan dapat mengakses informasi dengan format yang
dibutuhkan. CIC mendukung database pelanggan yang tersebar dan
sistem-sistem aplikasi.
Untuk
memungkinkan pengembangan sistem secara cepat, sesuai dengan fungsi
bisnisnya ISD menggunakan sejumlah alat bantu yang ada dalam
lingkungan PC LAN. Disamping itu agar tidak terjadi pemborosan waktu
untuk penulisan ulang sistem lama, ISD mencoba mengembangkan sistem
berbasis client/server.
FAKTOR KUNCI SUKSES DAN IMPLIKASI BPR
Faktor kunci sukses
pelaksanaan BPR di DRG adalah :
- Reengineering di DRG tidak hanya melakukan desain ulang proses bisnis, melainkan secara keseluruhan mengganti strategi, kultur, proses dan produk. Model bisnis diperbaiki dengan mempelajari beberapa prototip reengineering yang berbeda-beda.
- Reengineering tidak dilihat sebagai satu proyek melainkan dilihat sebagai sebuah naungan dengan banyak seri proyek, percobaan, prototip dan testing, dimana keberhasilan dapat segera dicapai dan setiap kegagalan dapat segera dipelajari dan ditinggalkan.
Implikasi positif dan negatif yang terjadi di
perusahaan tersebut setelah dilakukan BPR adalah:
- Dengan adanya model bisnis baru yang diimplementasikan di organisasi, pelayanan kepada pelanggan meningkat dengan fokus pada customer management dan market management yang dimplementasikan dengan pembentukan Customer Management Team (CMT) dan Market Management Team (MMT).
- Dengan adanya desain ulang proses bisnis pada organisasi, beberapa proses seperti proses klaim dan proses aplikasi, dapat disederhanakan sehingga dapat meningkatkan kecepatan proses dan mengurangi biaya.
- Penggunaan teknologi informasi dalam BPR dianggap sangat penting sehingga dilakukan reorganisasi terhadap information services division (ISD) untuk menyeleraskan ISD dalam mendukung secara maksimal model bisnis baru DRG.
- Dengan perubahan kultur kerja perusahaan, kemungkinan ada karyawan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan pola kerja baru yang sarat dengan teknologi sehingga karyawan tersebut menjadi resisten terhadap implementasi teknologi informasi (technostress).
KESIMPULAN
- Dalam proses reengineering pada DRG, TI memegang peranan yang sangat penting sehingga dapat disimpulkan bahwa tanpa dukungan TI, proses reengineering tersebut tidak dapat berhasil.
- Salah satu keberhasilan dari proses reengineering di DRG ditandai dengan meningkatnya waktu respon terhadap pelayanan pelanggan dari 2 minggu menjadi 3 – 4 hari.
- Secara umum, pengimplementasian reengineering di DRG meliputi :
- Redesign, dengan merancang ulang struktur organisasi dari kegiatan yang bersifat fungsional menjadi lintas fungsional.
- Retool, dengan melakukan rekayasa ulang terhadap sistem informasi sesuai dengan perubahan dari sasaran dan strategi DRG
- Reorchestrate, dengan melakukan perubahan organisasi secara menyeluruh, baik dari strategi, kultur, proses dana produk.
- Karakteristik utama reengineering di DRG diantaranya penggabungan beberapa pekerjaan menjadi satu, pemberdayaan pegawai dalam pengambilan keputusan, urutan proses tetap alami dan beberapa pekerjaan dikerjakan secara simultan, dan adanya satu titik kontak yang disediakan untuk pelanggan (CMT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar